Saturday, January 31, 2009

FLU BURUNG

PENDAHULUAN

Flu burung (Avian influenza) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus Avian influenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah tejadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasala dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinferksi.

Pada manusia, gejala flu burung biasanya sama dengan gejala influenza konvensional yaitu demam, batuk, sakit tenggorokan dan nyeri otot. Tetapi flu burung dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam jiwa.

Sampai dengan 22 September 2005, WHO telah mencatat sebanyak 115 kasus dengan 59 kematian pada manusia yang disebabkan virus ini.

Tetapi flu burung dapat bersifat simptomatik sesuai dengan gejala klinik, serta dapat disertai dengan pemberian anti virus.

DEFENISI

Flu burung atau Avian influenza adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus influenza A subtype H5N1 yang menyerang burung (unggas) ayam yang dapat menyerang manusia dengan gejala demam >380 C, batuk, pilek, nyeri otot, nyeri tenggorokan dan pernah kontak dengan binatang tersebut dalam 7 hari terakhir.

DEFENISI KASUS

A. Kasus observasi

Demam >380C disertai > 1 gejala berikut :

- Batuk

- Radang tenggorokan

- Sesak napas

Dimana pemeriksaan klinis dan laboratoriumnya sedang berlangsung.

B. Kasus ”possible” (suspek)

Kasus suspek adalah seorang yang menderita ISPA dengan gejala demam >380C, batuk dan sakit tenggorokan dan atau sesak napas serta dengan salah satu keadaan berikut :

- Hasil tes laboratorium positif untuk virus influenza A tanpa mengetahui subtypenya.

- Kontak 1 minggu sebelum timbul gejala denghan penderita “confirmed”.

- Kontak 1 minggu sebelum timbul gejala dengan unggas yang mati karena sakit.

- Bekerja di laboratorium yang memproses sample dari orang atau binatang yang disangka terinfeksi Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI).

C. Kasus ”probable”

Kausus probable adalah kasus suspek desertai salah satu keadaan :

- Hasil laboratorium tertentu positif untuk virus influenza A (H5) sepereti tes antibodi spesifik pada 1 spesimen serum.

- Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneuminia/ gagal pernapasan/ meninggal.

- Terbukti tidak terdapat penyebab lain.

D. Kasus ”confirmed”

Kasus confirmed adalah kasus suspek atau probable didukung oleh salah satu hasil pemeriksaan laboratorium :

- Kultur virus influenza A (H5N1) positif atau

- Hasil dengan pemeriksaan PCR positif untuk influenza H5 atau

- Peningkatan titer antibody spesifik H5 sebesar >4x atau

- Hasil dengan IFA positif untuk antigen H5.

EPIDEMIOLOGI

Flu burung menular dari unggas ke unggas, dari unggas ke manusia, melalui air liur, lendir dari hidung dan feses. Penyakit ini dapat menular melalui udara yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran dan sekret burung/unggas yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Orang yang mempunyai resiko besar untuk terserang flu burung adalah pekerja peternakan unggas dan penjual unggas. Belum ada bukti adanya penularan pada manusia melalui daging unggas yang dikonsumsi.

Angka kejadian Aqvian influenza yang menginfeksi manusia sejak 1997 adalah :

§ H5N1, Hongkong, 1997 ; Avian influenza A terjadi pada hewan di peternakan dan manusia. Ditemukan 18 orang dirawat di Rumah Sakit, 6 di antaranya meninggal.

§ H9N2, China dan Hongkong, 1999 ; dilaporkan 2 angka kejadian, keduanya sembuh.

§ H7N2, Virgina, 2002 ; dilaporkan 1 orang yang memiliki hasil pemeriksaan serologik H7N2 positif.

§ H5N1, China dan Hongkong, 2003 ; dilaporkan 2 kasus dan 1 orang meninggal.

§ H7N7, Netherland, 2003 ; dilaporkan KLB pada beberapa peternakan, kemudian terjadi pada beberapa babi dan manusia. Dilaporkan 89 orang menderita H7N7 influenza, kebanyakan pada pekerja peternakan, 1 orang meninggal.

§ H9N2, Hongkong, 2003 ; dilaporkan pada 1 orang anak.

§ H7N2, New York, November 2003 ; dilaporkan pada 1 orang penderita.

§ H5N1, Thailand dan Vietnam, 2004 ; 12 orang di Thailand, 23 orang di Vietnam dengan total 23 orang meninggal.

§ H7N3, Canada, 2004, gejalanya berupa infeksi mata.

Sampai dengan 22 September 2005, WHO mencatat 115 kasus dengan 59 kematian pada manusia akibat virus ini, dengan rincian :

§ Indonesia : 3 kasus dengan 2 kematian

§ Vietnam : 91 kasus dengan 41 kematiuan

§ Thailkand : 17 kasus dengan 12 kematian

§ Kamboja : 4 kasus dengan 4 kematian

ETIOPATOGENESIS

Virus penyebab flu burung adalah virus RNA berulir negatif, termasuk genus virus influenza A dengan anggota family orthomyxoviridae. Flu burung dapat menyebar melalui udara, makanan unggas, air, peralatan dan pakaian yang telah tercemar oleh unggas yang sakit maupun kotorannya. Dalam banyak kejadian, itik dan itik liar (wild waterfowl) seringkali ditemukan tahan terhadap virus tersebut sehingga dapat menjadi carrier yang menyebabkan virus ke ayam atau menyebarkan virus flu burung melintasi benua.

Virus influenza dibagi menjadi 3 tipe : A, B dan C berdasarkan struktur virusnya. Tipe A bertanggung jawab terhadap angka kejadian influenza letal pandemik, sedangkan tipe B terjadi pada daerah yang lebih sempit (lokal). Tipe C gejalanya ringan. Influenza tipe B dan C biasanya hanya ditemukan pada manusia, sednagkan tipe A dapat menginfeksi manusia dan binatang, termasuk burung, babi, kuda, ikan paus dan kuda laut.

Berdasarkan struktur protein permukaan (Henagglutinin dan Neuromidase) terdapat 15 subtipe HA dan 9 subtipe NA. Kedua subtipe ini dapat bergabung membentuk berbagai kombinasi subtipe. Setiap kombinasi membentuk subtipe yang berbeda. Subtipe virus flu A dapat menyebabkan influenza pada manusia yaitu subtipe H1N1, H1N2, H3N2, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, dan H7N7. Strain yang sangat virulen yang dapat menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00 C. Virus ini akan mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dengan detrgen desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.

Virus influenza tipe A selanjutnya dibagi menjadi strain-strain yang tersusun secara konstan. Kemampuan virus influenza mengubah susunan genetiknya dan menggantinya membuat virus ini tidak dapat diramalkan dan dapat bersifat mematikan.

Virus influenza dapat berubah secara cepat, terus menerus dan kadang-kadang berubah drastis melalui 2 cara :

1. Antigenic drift. Penyimpangan ini dalam skala yang kecil dan permanen yang terjadi pada materi genetik virus karena virus tidak dapat memperbaiki kerusakan genetik yang terjadi, sehingga terbentuk strain baru menggantikan yang lama.

2. Antigenic shift. Hal ini dapat terjadi jika virus influenza tipe A dari spesies yang berbeda seperti contoh burung dan manusia saling bertukar dan menggabungkan gen yang menghasilkan strain yang baru.

Penularan virus Avian influenza pada manusia melalui 2 cara :

1. Secara langsung dari unggas, lingkungan yang terkontaminasi virus ke manusia.

2. Melalui host penularan seperti babi.

Virus Avian influenza masuk ke tubuh dan langsung menyerang paru-paru, seiring dengan terganggunya fungsi paru-paru, pasokan oksigen ke seluruh tubuh akan ikut terganggu dan mengakibatkan kegagalan fungsi organ. Ketika kerusakan organ sampai pada tahap lanjut, korban beresiko meninggal.

GEJALA KLINIK

Gejala flu burung pada manusia pada dasarnay sama dengan fku biasa. Adanya variasi berupa :

- Demam (suhu badan >380 C)

- Batuk

- Lemas

- Sakit tenggorokan

- Sakit kepala

- Tidak nafsu makan

- Muntah, nyeri perut, diare

- Nyeri sendi

- Infeksi selaput mata (konjungtivitis)

- Dalam keadaan memburuk, terjadi severe respiratory disdtress.

Masa inkubasi :

- Pada unggas : 1 minggu

- Pada manusia : 1-3 hari

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

A. Rutin : Untuk mengetahui keadaan kesehatan pasien.

Darah lengkap : hemoglobin, lekosit, trombosit, LED, albumin/globulin, SGOT/SGPT, ureum/kreatinin.

B. Mikrobiologi

- Pemeriksaan gram dan basil tahan asam

- Kultur usap tenggorokan/sputum

C. Analisa Gas Darah

D. Pemeriksaan serologik

Dapat dilakukan rapid test terhadap virus influenza walaupun hasilnya mungkin tidak terlalu tepat dan deteksi antibodi (ELISA) serta antigen.

E. Pemeriksaan foto thoraks dengan gambaran infiltrat yang tersebar di paru menunjukkan pada kasus ini adalah pneumonia.

DIAGNOSIS

- Anamnesis

- Pemeriksaan fisis

- Laboratorium

PENATALAKSANAAN

- Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan) karena ditakutkan adanya transmisi melalui udara.

- Oksigenasi jika terdapat sesak napas, dan cenderung ke arah gagal napas dengan mempertahankan saturasi O2 >90%.

- Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral atau minum banyak.

- Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti anajgesik/antipiretik, dekongestan dan antitusif.

- Amantadine/Rimantadine (obat penghambat hemaglutinin) diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam 48 jam pertama selama 3–5 hari dengan dosis 5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Dosisi diturunkan pada penderita usia lanjut dan penderita penurunan fungsi hati atau ginjal.

- Oseltamivir (obat penghambat neuromidase) diberikan untuk anak <>15-23 kg adalah 45 mg 2 kali sehari, >23-40 kg adalah 60 mg 2 kali sehari. Dosis untuk penderita usia >13 tahun adalah 75 mg 2 kali sehari. Harus diberikan dalam waktu 36 jam setelah osnet influenza dan diberikan selama 5 hari.

KOMPLIKASI

- Pneumonia

- Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

PENCEGAHAN

A. Pada unggas

  1. Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung.
  2. Vaksinasi pada unggas yang sehat.

B. Pada manusia

  1. Kelompok beresiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang)

- Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis kerja

- Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinferksi flu burung

- Menggunakan alat pelindung seperti masker dan pakaian krja

- Meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja

- Membersihkan kotoran unggas setiap hari

- Imunisasi

  1. Masyarakat umum

- Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi dan istirahat cukup.

- Pengolahan unggas dengan cara yang benar yaitu :

· Pilih unggas yang sehat

· Memasak daging ayam sampai dengan suhu 800 C selama 1 menit dan telur sampai dengan suhu 640 C selama 4,5 menit.

PERAN PERAWAT KOMUNITAS DALAM MENGANGANI KASUS

FLU BURUNG DI MASYARAKAT

Sebelum membahas tentang peran perawat dalam penanganan kasus flu burung ini, maka perlu diketahui terkebih dahulu peran perawat komunitas. Peran perawat komunitas tidak terlepas dari peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga, karena lingkup perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga dan kelompok. Oleh karena itu peran perawat dalam hal ini adalah sebagai berikut :

1. Peran pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dan masyarakat agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga /masyarakat.

Peran perawat sebagai pendidik dalam mengangani kasus flu burung yaitu perawat harus memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bagaimana cara pencegahan dan penularan penyakit flu burung ini. Cara pencegahan yang harus diajarkan kepada masyarakat antara lain penanganan terhadap kelompok beresiko tinggi. Kelompok beresiko tinggi terkena flu burung adalah mereka yang bekerja di lahan peternakan dan pedagang unggas.

Pendidikan yang harus diajarkan kepada mereka ini adalah mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis kerja, hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung, menggunakan alat pelindung seperti masker dan pakaian kerja, meninggalkan pakaian kerja di tempat kerja, membersihkan kotoran unggas setiap hari dan imunisasi. Perawat juga memberikan pendidikan tentang pencegahan penyakit flu burung ini kepada masyarakat umum. Pendidikan yang diberikan adalah menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi dan istirahat cukup, pengolahan unggas dengan cara yang benar yaitu pilih unggas yang sehat, memasak daging ayam sampai dengan suhu 800C selamam 1 menit dan telur sampai dengan suhu 640C selama 4,5 menit.

2. Peran koordinator

Kordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk mengatur program kesehatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

Peran perawat sebagai koordinator dalam menangani kasus flu burung di masyarakat adalah perawat mampu mengkordinir masyarakat/keluarga dalam upaya-upaya kesehatan terutama yang menyangkut flu burung, mulai dari preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif.

3. Peran pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien baik di klinik, RS, rumah maupun di masyarakat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan langsung. Kontak pertama perawat kepada masyarakat melalui anggota keluarga/masyarakat yang sakit.

Peran perawat sebagai pelaksana dalam menangani kasus flu burung adalah memberikan asuhan keperawatan langsung kepada penderita dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan ini merupakan metode ilmiah yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi klien. Dalam pendekatan proses keperawatan ini perawat melakukan asuhan keperawatan dengan tahap-tahap proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4. Peran pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga/masyarakat.

Perawat sebagai pengawas kesehatan dalam masalah flu burung adalah melakukan pengawasan terhadap masyarakat yang terpapar dengan virus flu burung yaitu pasien maupun masyarakat beresiko tinggi terkena virus flu burung dan masyarakat umum.

5. Peran konsultan

Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga/masyarakat di dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar masyarakat mau meminta nasihat kepada perawat, maka hubungan perawat dengan masyarakat harus dibina dnegan baik, perawat harus terbuka dan dapat dipercaya.

Perawat sebagai konsultan dalam menangani kasus flu burung adalah perawat mampu memberikan/menjawab berbagai persoalan dan masalah yang ditanyakan oleh keluarga dan masyarakat yang menyangkut flu burung, dan perawat mampu untuk memberikan solusi dan rencana-rencana apa yang akan dilakukan kedepannya.

6. Peran kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan RS atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga/masyarakat yang optimal.

Perawat sebagai kolaborator dalam mengangani kasus flu burung yaitu perawat mampu untuk melaporkan kejadian ini baik secara vertikal maupun secara horisontal. Perawat komunitas melaporkan kasus ke puskesmas dan dinas kesehatan kota/kabupaten dan juga perawat komunitas mampu untuk berkolaborasi dengan dokter atau RS yang berkompeten untuk mewrawat penderita flu burung.

7. Peran penemu kasus

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.

Perawat sebagai penemu kasus dalam mengidentifikasi penyakit flu burung adalah perawat mampu mengenali gejala dini dari penyakit flu burung dengan menggunakan konsep teoritik yang dimilikinya, perawat mampu mengenali tanda awal dari penyakit flu burung yang didukung oleh rowayat pasien terpapar dengan unggas pada 7 hari terakhir. Peran ini sangat penting dimana kalau seorang perawat tidak mampu mengenali masalah ini maka tyidak dapat dipungkiri bahwa wabah flu burung dapat terjadi dan ini mengakibatkan endemi dan tidak ditangani secara cepat dan tepat, maka dapat mengancam jiwa.

8. Peran fasilitator

Peran perawat komunitas di sini ialah membantu keluarga/masyarakat di dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan. Kendala yang sering dialami keluarga/masyarakat adalah keraguan di dalam menggunakan fasilitas kesehatan, masalah ekonomi dan sosial budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan misalnya sistem rujukan dan dana sehat.

Perawat komunitas harus mampu memfasilitasi keluarga/masyarakat dalam menggunakan pelayanan kesehatan, perawat mampu menjelaskan kepada keluarga/ masyarakat tentang pentingnya menggunakan pelayanan kesehatan. Apabila perawat komunitas menemukan keluarga/masyarakat dengan ekonomi lemah yang terkena flu burung, maka perawat mampu memfasilitasinya untuk mendapatkan dana sehat yang mana dana sehat ini sangat berguna dan dapat digunakan di puskesmas maupun di rumah sakit.

9. Peran modifikasi lingkungan

Perawat komunitas juga harus mampu memodifikasi lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

Peran perawat komunitas sebagai modifikator lingkungan dalam mengangani kasus flu burung adalah perawat komunitas mampu untuk bersama-sama masyarakat pekerja peternakan unggas untuk membersihkan kotoran unggas setiap hari demi mencegah penularan yang luas. Dan karena virus flu burung juga dapat menular melalui udara pernapasan, maka modifiksi lain juga yang dilakukan adalah penggunaan masker oleh pekerja peternakan unggas.

Inti dari semua peran perawat komunitas ada 3 peran yaitu :

a. Peran pelaksana

Peran pelaksana dari perawat komunitas dalam menagnagi kasus flu burung ini yaitu memberikan asuhan keperawatan langsung kepada penderita, keluarga maupun masyarakat dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

b. Peran kepemimpinan

Peran kepemimpinan dari perawat komunitas dalam menangani kasus flu burung adalah perawat mampu memnpengaruhi masyarakat untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan dan penularan dari virus flu burung dan bersama-sama dnegan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan melalui upaya-upaya kesehatan.

c. Peran peneliti

Peran peneliti dari perawat komunitas ini bukan berarti melakukan penelitian seperti yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu pendidikan tinggi. Penelitian yang dimaksud di sini adalah melakukan kajian-kajian masalah kesehatan dan dapat dipaparkan kepada orang lain. Pada kasus flu burung ini, perawat peneliti melakukan kajian-kajian tentang flu burung dan dapat dipaparkan kepada masyarakat/keluarga maupun tenaga kesehatan lain untuk dilakukan kontribusi-kontribusi yang dapat digunakan di bidangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama T.Y, Flu Burung di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, UI, Jakarta, 2004

Brunner&Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 vol 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta, 2002

Depkes RI, Aspek Veteriner dan Epidemiologi Anti Influenza, Direktur Kesehatan Hewan, Jakarta, 2004

Priyanti Z.S, Influenza Burung Pada Manusia, Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, FKUI, Jakarta, 2004

Soroso T, Antisipasi Depkes Dalam Menghadapi Flu Burung, Depkes RI, Jakarta, 2004

__________, Makalah Kuliah Asuhan Keperawatan Keluarga, PSIK FK Unhas, Makassar, 2005

__________, Flu Burung Imun Terhadap Tamiflu, www.kcm.co.id, Jakarta, 2005

No comments:

Post a Comment